SEJARAH DESA PEKUNCEN
asalamualaikum.wr.wb
PEKUNCEN,
konon adalah sebuah wilayah yang amat indah, sebuah bukit kecil yang
bersebelahan dengan area persawahan yang amat subur (Dukuh Aglik)
lengkap dengan mata air yang mengalir sepanjang tahun (Pacor) serta
dipajangi oleh hutan – hutan yang lebat dengan pohon yang kekar yang
tumbuh di dalamnya (Watu Barut dan Alas Kasan ), sehingga menciptakan
harmonisasi alam yang anggun dan menarik setiap orang untuk datang dan
tinggal untuk menyatu dengan alam di sekitarnya. Demikianlah sebuah
tempat (Pokuwon) di wilayah Kadipaten Kebumen yang merupakan salah satu
wilayah Kesultanan Ngayogyokarto Hadiningrat.
Berawal
dari seorang Petapa yang tinggal dan menetap di hutan jati rumput
(lereng sebelah selatan hutan watu barut) yang bernama Ki Agglik hingga
beristri dan mempunyai anak dan semua keturunannya menyebar ke timur
hingga batas Kali Luereng ( Kali Kemit ) dan keselatan hingga wilayah
Sapanyana dan Rawabayem, yang kemudian terbentuklah sebuah wilayah
setingkat dusun yang berjumlah 9 (Sembilan) yaitu Ngaglik, Kaliabang,
Jurangjero, Meton Sitiris, Pesantren, Yentek, Pekuncen, Sapanyana, dan
Rawabayem, dimana disetiap wilayah itu muncul pemimpin / lurah (tokoh)
yang disegani yangh tidak lain adalah keturunan dari Ki Aglik.
Seiring
dengan berjalannya waktu, maka Dukuh Pekuncen inilah yang
perkembangannya sangat pesat terbukti banyak para pembesar dari kerajaan
Jogjakarta termasuk Pangeran Ontowiryo yang dikenal dengan sebutan
Pangeran Diponegoro, bahkan banyak para pembesar kerajaan Jogjakarta
yang wafat dan dimakamkan di Pemakaman Pekuncen salah satunya adalah
dari Keluarga Raden Adipati Mangkuprojo.
Demikian
pula Bupati – Bupati dari Kadipaten Kebumen dan Banyumas yang
dimakamkan di Pekuncen. Dari Banyumas antara lain : Raden Banyak Wide,
Raden Banyak Ngampar, Banyak Tontro dan beberapa keluarganya dan
abdinya. Sedangkan dari Kebumen adalah Raden Kolopaking I – IV, juga
Bupati Pertama Kebumen yang memasuki masa Republik adalah Raden Sukadis.
Disisi
lain disini juga dibangun sebuah masjid sebagai sarana ibadah dan
transit para peziarah yang sampai hari ini masih menjadi salah satu
situs sejarah religi di Kabupaten Kebumen yaitu masjid Saka Tunggal.
Dalam
suatu ketika munculah tokoh negarawan yang konon waktu itu mampu
menyatukan 9 wilayah dusun (Pokuwon) di bawah satu tatanan pemerintahan
setingkat Pademangan (Desa) yaitu “PEKUNCEN”, beliau adalah “Mbah
Langgeng Adipuro” yang namanya dikenang sampai saat ini bahkan masih
dikeramatkan dan dipundi dampai keluar desa, beliaulah juga selaku ulama
besar yang pernah menjadi salah satu imam masjid saka tunggal, sebagai
tokoh negarawan yang besar yang sering terdengar bahwa beliua memiliki
hewan peliharaan yaitu “MACAN PUTIH”
Hampir
tidak ada catatan yang bisa memberikan gambaran secara runtut urutan
waktu sejarah Pekuncen, selain kenyataan sejak masa republic ini ada
beberapa Lurah / Kades di Pekuncen yang pernah menduduki jabatan
tertinggi di desa yaitu :
1. Abdul Rohman (alm) + 1940 – 1958
2. Mulya Pawira / Ngapari (alm) 1958 – 1987
3. Suswanto Adi Prabowo 1987 – 1995
4. Suharno (alm) 1995 – 2001
5. Nanang Muntadim, S.Sos. 2001 – 2006
6. Hasto Nugroho 2006 – 2012 (sama dengan sekarang)
Sepanjang
masa Republik inilah banyak terjadi sebuah perubahan di Pekuncen. Dalam
pemerintahan desa susunan perangkat desa dari : Lurah – Carik – Polisi
Desa (Congkog) – Kebayan (Kadus), disamakan menjadi Kades – Sekdes –
Kaur – Kadus , kemudian pada tahun 1980an bisa terbentuk pula RK (RW)
dan RT.
Dalam
kondisi fisik Pekuncen memiliki SD Inpres pada tahun 1975, sedangkan
balai desa pada tahun 1987 / 1988 dengan membuat secara bergotong royong
di masa pemerintahan Bapak Suswanto Aadi Prabowo. Perubahan yang cukup
besar terjadi pada bidang social ekonomi dari masyarakat petani
penggarap saawh dan lading dengan dibukanya pertambangan pasir di sungai
luereng pada tahun 1985, secara besar – besaran sehingga sebagian
penduduk berubah mata pencahariannya dari petani menjadi penambang pasir
tradisional. Begitupun dalam sektor pertanian hampir 14 Ha sawah di
Pekuncen telah menjadi sawah irigasi teknis sehingga pateni bisa memanen
padi 2 kali dan 1 kali palawija dalam setahun.
Pada
tahun 1995 – 1996 sangat merubah citra Pekuncen, dari sinilah Pekuncen
lebih dikenal di masyarakat luas bahkan dari luar kabupaten Kebumen
selain memiliki cagar budaya Masjid Saka Tunggal, Pekuncen lebih dikenal
dengan Perumnas Pekuncen Permai, sebuah komplek perumahan yang dibangun
pertama kali di kulon kali Lukulo yang terletak persis di lereng hutan
watu barut. Pekuncen Lebih dikenal dengan Saka Tunggal dan Perumnas.
Pada
Tahun 2001 awal maka terbentuk sebuah lembaga yang mengganti lembaga
desa yaitu Lembaga Musyawarah Desa (LMD) berubah menjadi BPD (Badan
Perwakilan Desa) yang kemudian sekarang berubah menjadi Badan
Permusyawaratan Desa, sebagai mitra Pemerintah Desa yang beranggotakan 9
orang yang terbagi dalam wilayah dusun di Pekuncen. Sebagai ketua BPD
adalah Ir. Muhartono ( 2001 – 2006 ), Suprapto, S.Pd. ( 2006 – 2011 ).
Seiring
dengan bertambahnya jumlah penduduk Pekuncen, maka terjadilah pemekaran
wilayah RW dimana saat itu hanya ada RW 01 dan RW 02, maka pada tahun
2003 RW 02 mengalami pemekaran wilayah sehingga saat itu menjadi 3 RW (
RW 01, RW 02 dan RW 03 ), kemudian karena letak geografis Pekuncen, maka
pada tahun 2005 RW 01 mengalami pemekaran sehingga sekarang jumlah RW
di desa Pekuncen ada 4 RW dan 18 RT yaitu
1. RW 01 : Dukuh Pekuncen ( RT 01 – 05 )
2. RW 02 : Pesantren, Meton Sitiris, Yentek ( RT 01 – 04 )
3. RW 03 : Kaliabang, Aglik, Jurangjero ( RT 01 – 05 )
4. RW 04 : Sapanyana, Rowobayen ( RT 01 – 04 )
Akhirnya
sejarah waktu dai sedikit cerita di atas barang kali masih ada sesuatu
yang ingi kita wariskan dari Pekuncen generasai sekarang bagi para
penerus yang akan datang dalam para mebangun dan yang lebih baik.
wasalamualaikum wr.wb
No comments :
Post a Comment